SATU Indonesia Awards adalah ajang penghargaan tahunan yang diadakan oleh Astra untuk memberikan apresiasi kepada para pemuda (individu/kelompok) yang telah berkontribusi untuk bangsa bangsa Indonesia di bidang kesehatan, lingkungan, pendidikan, kewirausahaan, dan teknologi.
Program yang memiliki nama lengkap Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards dan disingkat menjadi SATU Indonesia Awards atau SIA ini merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh PT Astra sejak tahun 2010.
Jadi, di tahun 2024 ini, program Ini sudah memasuki periode yang ke-15. Tapi bukan, para finalis di ajang penghargaan SIA ke-15 yang akan saya bahas di artikel ini, melainkan seorang finalis pada periode 2023 atau ajang penghargaan SIA ke-14. Siapa dia?
Dia adalah Rengkuh Banyu Mahandaru yang idenya menurut saya sangat menarik buat dibahas, karena berkaitan dengan wadah ramah lingkungan yang diciptakan untuk mengurangi penggunaan wadah berbahan plastik.
Menariknya, wadah ramah lingkungan yang dibuat oleh Rengkuh Banyu Mahandaru, yang mengantarkannya menjadi salah satu finalis SATU Indonesia Awards di tingkat nasional, adalah wadah yang terbuat dari pelepah pinang.
Seperti yang kita tahu, di Indonesia, pinang adalah salah satu tumbuhan yang cukup banyak dikenal dan cukup populer beberapa dekade yang lalu, mengingat banyak masyarakat Indonesia sering yang menggunakannya sebagai campuran untuk mengunyah sirih.
Ide untuk membuat wadah ramah lingkungan dari pelepah pinang ini datang ketika Rengkuh bekerja di Wakatobi. Ketika itu, di salah satu destinasi wisata bawah laut terkenal di Sulawesi ini, ia melihat banyak sampah-sampah plastik dan styrofoam bertebaran.
Padahal, baik styrofoam maupun sampah plastik adalah dua jenis sampah yang dianggap sebagai biang kerok pencemaran lingkungan dan penyebab berbagai masalah kesehatan bagi manusia.
Penggunaan Wadah Plastik di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang masyarakatnya masih banyak sekali menggunakan plastik untuk berbagai keperluan. Kantong plastik merupakan pilihan paling populer untuk membawa berbagai barang belanjaan.
Bahkan ketika diberlakukan peraturan yang melarang kantong plastik dan mengharuskan pelanggan untuk membayar jika mau pakai kantong plastik, plastik tetap menjadi pilihan banyak orang untuk membawa barang-barang belanjaan mereka.
Plastik banyak dipilih karena harganya yang murah, praktis, dan serbaguna. Sayangnya, di balik kepraktisannya tersebut, ada harga mahal yang harus kita bayar.
Pasalnya, plastik memiliki dampak yang sangat buruk tidak hanya terhadap lingkungan, tapi juga bisa mempengaruhi kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Plastik dianggap bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan manusia karena mengandung zat aditif serta polutan kimia yang bersifat toksik atau beracun.
Sifatnya yang beracun ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti, gangguan hormon dan reproduksi, dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf, dapat memicu penyakit kardiovaskular dan juga hipertensi, dan bahkan disebut-sebut bisa meningkatkan resiko penyakit kanker paru-paru, kanker hati, kanker prostat, kanker payudara, hingga kanker testis.
Nggak cuma itu, mikroplastik yang berasal dari limbah-limbah plastik juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan anak, kerusakan organ seperti disfungsi hati dan ginjal, dapat menyebabkan kerusakan kulit, hingga gangguan pernapasan dan masalah pencernaan.
Berbagai bahaya plastik bagi kesehatan tersebut tersebut memang tidak kita rasakan secara langsung prosesnya umumnya berlangsung dalam jangka panjang. Mengingat, penyebab berbagai masalah tersebut rata-rata adalah mikroplastik yang berukuran kecil, yang terakumulasi dari waktu ke waktu akibat penggunaan wadah plastik atau akibat pencemaran air dan udara oleh mikroplastik.
Itulah sebabnya mengapa para pakar kesehatan dan juga pemerintah sangat getol dalam menggalakkan penggunaan wadah ramah lingkungan seperti yang dibuat oleh Rengkuh Banyu Mahandaru.
Rengkuh Banyu Mahandaru Tawarkan Kemasan dari Pelepah Pinang yang Ramah Lingkungan
Rengkuh Banyu Mahandaru adalah alumni Institut Teknologi Bandung dan mendirikan perusahaan bernama “plepah” pada tahun 2018. Perusahaan ini fokus pada pembuatan wadah ramah lingkungan dari bahan pelepah pinang.
Pemilihan pelepah pinang terinspirasi dari masyarakat India yang banyak menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan sebagai peralatan makan seperti piring maupun mangkok.
Setelah melakukan riset dan pengembangan, Rengkuh dibantu oleh BRIN kemudian mencoba memproduksi berbagai kemasan ramah lingkungan seperti bungkus makanan sekali pakai, mangkuk, hingga piring.
Pemilihan pelepah pinang sebagai bahan dasar pembuatan kemasan ramah lingkungan ini dilakukan oleh Rengkuh karena ia mengetahui di sejumlah daerah di Indonesia terdapat kebun pinang yang sangat luas. Seperti di wilayah Sumatera Selatan dan Jambi.
Dari sanalah pasokan pelepah pinang yang digunakan oleh rengkuh untuk membuat kemasan ramah lingkungan ini berasal.
Dari sekitar dua atau tiga hektar kebun pinang, bisa menghasilkan antara 5 hingga 10 kg pelepah yang akan dikumpulkan karena jatuh secara alami.
Satu lembar pelepah pinang dapat dibuat menjadi dua atau tiga item seperti, piring dan mangkok lengkap dengan tutupnya, atau kemasan makanan sekali pakai.
Pada awal-awal berdiri, plepah hanya mampu memproduksi sekitar seribu kemasan. Namun di tahun 2024 ini, plepah sudah bisa memproduksi antara 20.000 hingga 30.000 kemasan per bulan.
Menurut saya, ini adalah kabar yang sangat bagus bagi kita dan juga bagi lingkungan tempat tinggal kita. Karena dengan kehadiran wadah ramah lingkungan seperti yang dibuat oleh rengkuh ini, penggunaan wadah berbahan plastik ataupun styrofoam akan berkurang.
Wadah atau kemasan berbahan pelepah pinang seperti piring dan mangkok atau kontainer makanan yang diproduksi oleh plepah dijual ke pasaran dengan harga sekitar Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per buah.
Selain memberikan dampak bagi pengurangan penggunaan plastik, kehadiran wadah ramah lingkungan dari pelepah Pinang ini juga sudah pasti memberikan dampak positif bagi masyarakat di area konservasi.
Pasalnya, sebelum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan wadah ramah lingkungan, pelepah-pelepah yang ada di kebun Pinang tersebut biasanya akan dibuang atau dibakar karena dianggap sebagai limbah pertanian.
Saya pribadi berharap akan semakin banyak anak muda di Indonesia yang berkontribusi positif seperti halnya Rengkuh Banyu Mahandaru dalam menciptakan wadah-wadah ramah lingkungan.
Selain itu, saya juga berharap kedepannya wadah ramah lingkungan seperti ini bisa lebih murah harganya sehingga masyarakat tidak akan merasa berat untuk mengganti penggunaan wadah-wadah berbahan plastik dengan wadah yang lebih ramah lingkungan.